Minggu, 18 April 2010

LUNTURNYA NILAI-NILAI TRADISIONAL KARENA PERKEMBANGAN TEKNOLOGI


Salah satu indikator zaman dikatakan maju adalah semakin berkembangnya teknologi. Teknologi diciptakan untuk membantu mempermudah pekerjaan manusia. Adapun beberapa hasil teknologi berupa calculator, computer, internet, mesin cuci, video game, rice cooker, printer, televisi, handphone, dlsb. Dengan adanya alat-alat tersebut manusia merasa terbantu dalam kehidupan sehari-hari karena mempermudah dan mempercepat pekerjaan mereka. Dengan rice cooker kita dengan mudah menanak nasi, dengan mesin cuci kita dengan mudah mencuci pakaian tanpa perlu mengeluarkan tenaga ekstra, dengan internet kita dapat menjelajah dunia tanpa biaya dan waktu yang banyak.

Akhir-akhir ini teknologi di bidang informatika dan telekomunikasi banyak digunakan. Kolaborasi teknologi ini banyak menghasilkan ide-ide teknologi baru seperti business online, sms zakat, e-banking, dlsb. Semakin berkembangnya teknologi ke berbagai sektor justru akan dapat melunturkan nilai luhur tradisional yang terkandung di dalam sektor itu sendiri. Di bawah ini akan dipaparkan dua contoh akibat teknologi yang dapat melunturkan nilai tradisional.


1. PlayStation

Dunia bermain identik dengan dunia anak-anak. Seiring dengan berkembangnya teknologi, dunia bermain anak-anak pun sekarang sudah berteknologi. Siapa yang tidak kenal dengan Sega, Nitendo dan PlayStation. Sudah tidak asing lagi nama-nama terebut kita dengar. Mereka adalah label video game terkenal di dunia. 7 dari 10 anak Indonesia pasti kenal dengan yang namanya PlayStation(PS).

Sepulang dari sekolah biasanya anak-anak sering nongkrong di depan PS (kalo belum mampu beli PS ya nongkrongnya di rental PS, Red). Hal ini dapat kita lihat di rental-rental PS di sekitar rumah kita. Hampir setiap hari rental tersebut ramai oleh anak-anak.

Seorang anak yang beramain PS akan cenderung kurang bergaul karena waktu luangnya hanya digunakan untuk bermain di depan PS. Beda halnya dengan anak-anak yang sering bermain permainan tradisional seperti gobak sodor, benteng, dakon, bekel, dlsb. Mereka cenderung memiliki banyak teman karena permainan tradisional biasanya melibatkan minimal 2 orang atau lebih.

Dalam permainan tradisional cenderung melatih interaksi sosial, emosional, komunikasi, taktik dan melatih saraf motorik anak. Bermain gobak sodor misalnya, anak-anak harus membentuk tim dan dituntut mebuat taktik jitu agar bisa menang. Selain itu bermain gobak sodor juga dapat menyehatkan karena permainan ini membutuhkan tempat yang luas agar bisa berlari-lari sehingga secara tidak langsung anak-anak berolahraga untuk membentuk saraf motoriknya.

Gambar (a) Main Gobak Sodor

Gambar (b) Main PS

Apabila bermain PS, semua hal itu tidak akan didapat karena bermain PS hanya cukup duduk di depan TV saja dan bermain PS maksimal hanya membutuhkan 2 pemain saja.


2. Pengaruh televisi terhadap anak-anak

Tahukah bahwa membiarkan anak-anak menonton televisi sepanjang hari, selain bahaya sinar biru, taruhannya adalah KECERDASAN anak-anak. Bahaya sangat mengintai terutama untuk anak di bawah usia 5 tahun.

Menurut dr. Hardiono D. Pusponegoro SpA (K), dokter spesialis anak konsultan neurology dari RSCM, beliau mengatakan, “Televisi memiliki dampak positif dan negatif bagi anak. Tetapi membiarkan anak menonton televisi sepanjang hari, pastinya akan menurunkan tingkat kecerdasan anak.”

Beliau menjelaskan, dengan hanya menonton televisi, otak kehilangan kesempatan mendapat stimulasi dan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam hubungan sosial dengan orang lain, bermain kreatif, dan memecahkan masalah. Selain itu, televisi bersifat satu arah, sehingga membuat anak kurang mengeksplorasi dunia tiga dimensi dan kehilangan peluang mencapai tahapan perkembangan yang baik. ( *sumber : http://samara156.co.cc/efek-negatif-televisi-bagi-kecerdasan-anak.html )

Sebuah penelitian di Amerika menunjukkan anak usia di bawah lima tahun yang rata-rata menonton televisi 2 jam sehari, setelah usianya beranjak 6-7 tahun diketahui mengalami penurunan kemampuan membaca dan daya ingat.

Akhir-akhir ini, siaran televisi yang banyak mempengaruhi kehidupan anak-anak Indonesia adalah siaran musik. Banyak televisi yang menyiarkan acara musik baik pada pagi, siang dan sore hari bahkan sampai malam hari. Karena terlalu seringnya acara tersebut ditayangkan, maka secara tidak sengaja setiap menonton televisi anak-anak disuguhkan acara musik dewasa. Banyak anak-anak kecil yang lebih hafal lagu orang dewasa dari pada lagu anak-anak.

Keadaan seperti ini sangat tidak baik bagi anak-anak, seharusnya anak-anak hidup dalam dunia musiknya sendiri. Lagu Naik-naik Ke Puncak Gunung, Naik Delman, Pelangi-pelangi, dlsb sudah jarang terdengar dari mulut anak-anak. Mereka malah sering menyanyikan lagu orang dewasa yang bertemakan tentang cinta.